Hal yang menarik ketika bertamu kesana adalah melihat di salah satu sudut rungan rumahnya terpanjang alat pemutar musik kuno tepatnya pemutar piringan hitam yang pernah tenar dijaman dulu. Setelah bertanya - tanya kepada pemilik ternyata alat pemutar musik ini bernama Gramophone. Menurut penjelasannya alat ini didapat dari seorang sahabatnya yang kebetulan telah balik ke negara asalnya. Gramaphone yang terpajang disudut ruangan tersebut bermerek "His Master Voice".
Untuk mengingatkan bahwa gramophone di zamannya merupakan alat pemutar musik (musik player) yang hanya dimiliki oleh masyarakat menengah ke atas jadi boleh dikatakan tidak semua orang bisa memiliki terkecuali yang berduit banyak dan mesin ini telah ada sejaka tahun 1987 di Eropa.
Sambil bercerita tentang Gramophone, dia pun memperagakan cara memainkan alat ini agar menghasilkan alunan musik. Pertama - tama dipasang piringan hitam dan jarum yang berfungsi mengikuti alur (track) yang ada dipiringan hitam, dan tidak lupa memasang engkol, dengan engkol ini kita harus mengunci/memutar peer spriral yang ada didalam gramaphone agar piringan bisa memutar, mirip seperti jam tangan yang tiap hari kita harus mengunci/ memutar tuas agar jarum jam tangan tersebut bisa berputar.
Setelah engkol diputar sampai terasa mentok maksudnya agak keras di putar, maka piringan hitampun bisa mulai diputar, oh ya ditepi/sudut alat ini ada alat yang dapat mengatur kecepatan putaran piringan dan ini bisa dibilang sebagai pengatur tempo musik yang dihasilkan.
No comments:
Post a Comment